Penulis.[Dok.radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA - Tinggalkan
ayah tinggalkan ibu, Izinkan kami pergi berjuang, dibawah kibaran sang
merah putih, majulah ayolah maju menyerbu.....serbu.
Itu
sepenggal nyanyian pembakar semangat yang sering dinyanyikan tentara
saat latihan-latihan tempur dan menjadi penyemangat dalam setiap
melakukan operasi. Lagu ini jugalah yang kami harapkan bisa menjadi
pembakar semangat untuk para pejuang yang melawan ketidak adilan saat
ini.
Melihat para pejuang yang datang dari
seluruh sudut negeri dan lorong-lorong perlawanan menuju Jakarta adalah
fakta tak terbantahkan bahwa penistaan agama yang diduga dilakukan
tersangka Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok telah menjadi api revolusi
yang tidak bisa dianggab main-main atau dipandang sebelah mata oleh
rejim berkuasa.
Massa yang berjalan kaki
sejauh ratusan kilometer seperti yang dilakukan para mujahid dari Ciamis
bukan sekedar sensasi atau gagah-gagahan. Mereka para Mujahid itu
datang dengan dorongan iman dan keyakinan teguh membela aqidah yang
dianutnya. Datang ke Jakarta untuk berjihad, bukan sekedar datang dan
berdoa setelah itu pulang.
Indonesia dalam perlawanan
Seluruh
sudut kota negeri ini mengirimkan para pejuang datang ke Jakarta untuk
menuntut penegakan hukum yang adil, sama terhadap semua pihak, serta
tidak diskriminatif apalagi rekayasa. Mereka adalah simbol perlawanan
kepada ketidak adilan yang dilakukan oleh penguasa. Mereka adalah bukti
nyata Indonesia sedang melakukan perlawanan terhadap penguasa yang
tidak meletakkan hukum diatas segala kepentingan. Mereka bukan pemecah
belah NKRI, mereka bukan separatis, mereka bukan kaum intoleran, mereka
bukan kaum radikal dan mereka bukan massa makar. Tapi mereka adalah
para pemilik sah republik ini yang menuntut penegakan hukum kepada
terduga penista agama bernama Ahok.
Langkah-langkah
yang dilakukan penguasa seperti Parade Kebinekaan dan Apel Kenegaraan
justru kontraproduktif untuk menyelesaikan kemelut bangsa yang timbul
saat ini. Langkah yang positif namun kontraproduktif karena kesan yang
muncul adalah adanya pengotak-ngotakan antara kaum toleran dengan kaum
intoleran. Sungguh kekeliruan mendalam yang dilakukan oleh penguasa,
niat menyelesaikan masalah namun dengan cara yang salah. Bahkan saat ini
beredar ajakan aksi 412 Hari Minggu di Car Free Day dengan tema Kita
Indonesia. Jelas ini seperti mengolok-olok rasa umat Islam. Seolah-olah
umat Islam yang menuntut penegakan hukum pada penista agama itu adalah
musuh kebangsaan. Padahal musuh kebangsaan dan musuh toleransi
sesungguhnya adalah si penista agama bukan umat Islam.
Adu domba ala PKI dan Penjajah
Rakyat
diadu domba. Anak-anak bangsa diadu domba. Pertanyaan, siapa yang
mengadu domba? Adu domba adalah ciri khas yang dilakukan PKI dan
penjajah selama ratusan tahun. Tidak sulit menduga siapa pihak yang
melakukan adu domba ini. Adu domba adalah cara-cara Komunis dan bangsa
asing penjajah supaya bisa mengkooptasi bangsa Indonesia. Publik tentu
tahu negara mana yang jadi sumber Komunis dan negara mana yang saat ini
gencar menyerbu Indonesia.
Kami Putuskan Untuk Melawan
Atas
pembiaran yang dilakukan oleh penguasa terhadap kekacauan bangsa ini,
dan bahkan patut diduga tangan kekuasaan bekerja untuk melindungi sumber
konflik sesungguhnya, yaitu sipenista agama, maka bagi kami, yang
terancam saat ini adalah keutuhan bangsa dan Negara, Indonesia terancam
dihancurkan oleh kekuatan komunis dan neo kolonialisme.
Setiap
ancaman kepada negara akan kami respon, maka kami putuskan dibawah
kibaran Merah Putih kami akan melawan. Rakyat bersama TNI akan menjaga
keutuhan bangsa dari ancaman adu domba dan perusakan bangsa oleh
golongan komunis dan kaum penjajah baru.
Indonesia
Tanah Airku, ijinkan kami berjuang melawan penghancuran bangsa dan
perusakan aqidah. Kalaupun kami mati, maka kami mati karena melawan
demi tegaknya Negara Republik Indonesia.
Selamat berjuang para pejuang dan mujahid!
0 komentar:
Posting Komentar