RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA - Sebuah fasilitas pembangkit listrik yang
belum selesai dibangun di wilayah timur Cina, pada Kamis (24/11/2016),
runtuh dan setidaknya menewaskan 67 orang, demikian laporan lapor
Reuters. Satu orang pekerja masih terjebak di dalam reruntuhan.
Insiden mematikan merupakan hal yang
relatif biasa terjadi di kawasan-kawasan industri Cina sehingga memicu
kekhawatiran atas kurangnya standar keamanan. Pertumbuhan ekonomi cepat
yang terjadi sepanjang tiga dekade terakhir dibarengi dengan kecelakaan
kerja dalam pertambangan sampai dengan pabrik-pabrik.
Dua pekerja yang terluka kini sudah
berada di rumah sakit setelah keruntuhan pembangkit listrik pada pukul
07.00 pagi waktu setempat di Fengcheng, Provinsi Cina, demikian laporan
dari sebuah stasiun televisi milik pemerintah. Stasiun televisi itu
melaporkan jumlah kematian sebanyak 67 orang, sementara petugas tengah
berupaya menyelamatkan satu orang yang masih terjebak di antara
reruntuhan.
Perdana Menteri Cina, Li Keqiang sudah
memerintahkan penyelidikan dan mendesak agar mereka yang bertanggung
jawab segera dihukum, demikian pemerintah pusat menyatakan. “Penguatan
pengawasan dan langkah-langkah pencegahan, akan menghindari kecelakaan
besar seperti ini terjadi kembali di kemudian hari,” kata Li sebagaimana dikutip dari laman resmi pemerintah Cina.
Kantor berita Cina, Xinhua, tidak
menjelaskan tipe fasilitas pembangkit listrik yang runtuh, namun
laporan-laporan sebelumnya menyatakan bahwa fasilitas tersebut
memproduksi listrik dari batu bara. Cina sudah berulangkali berjanji
untuk memperbaiki aspek keamanan bangunan itu.
Sementara itu, Presiden Cina, Xi Jinping
mengatakan, otoritas pemerintah seharusnya sudah belajar dari
meledaknya fasilitas penyimpanan bahan kimia berbahaya di pelabuhan kota
Tianjin yang menewaskan lebih dari 170 orang pada tahun lalu.
Tidak lama setelah ledakan itu, Yang
Dongliang dipecat dari jabatannya sebagai direktur Administrasi Negara
untuk Keamanan Pekerja. Yang kemudian didakwa dengan tudingan korupsi.
Di pengadilan, dia mengaku menerima suap dan hadiah senilai 4,12 juta
dolar AS. Hukuman untuk Yang akan diputuskan pada sesi pengadilan
lainnya.[TB]
0 komentar:
Posting Komentar