Dari kanan ke kiri, Ichsanuddin Noorsy, Ridwan Saidi, Syahganda dan Arief Poyuono.[Nicholas/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA - Rumah Amanah Rakyat
(RAR) gelar diskusi bertajuk, "Pasca Ahok Tersangka dan Memaknai Safari
Politik, Show Of Force Jokowi", Menteng
Jakarta Pusat, Kamis (17/11).
Aktivis senior asli Betawi, H. Ridwan Saidi yang juga nara sumber dalam acara tersebut mengatakan, pasca penetapan tersangka
(TSK) dalam kasus penistaan agama ini, sepertinya,
Basuki Tjahya Purnama memiliki 'over convidence' yang cukup luar
biasa.
Ridwan
mengulas kalau Basuki memiliki kepercayaan diri yang berlebihan, bila
ditelisik saja penetapan status TSK saja 6 minggu, terlalu lama."Dulu
Arswendo saja langsung ditangkap. Ini ada special treatment, mestinya
semua warga negara sama kedudukannya dalam hukum," demikian ungkapnya
lagi.
"Bahkan bisa diindikasikan ini ada
semacam perencanaan behaviour, yang mana untuk Pilpres tahun 2019 nanti,
dimana Jokowi Presiden dan Ahok adalah Wapres. Bisa diindikasikan kuat
ada pendanaan dari asing ini," beber budayawan Betawi ini.
"Tak
bisa dipungkiri negeri kita sebagai second line bagi China, Dimana
ingin membangun Rezim tahun 2019 dibawah pengaruh RRC ini," ujarnya
curiga.
Politikal struktur bila ditinjau lebih
lanjut, kata Ridwan terlalu lemah hanya mengandalkan dana, lihat saja
itu kelemahan politik ini dimana Ahok tidak bisa menahan mulutnya. Lalu
kemudian Ridwan berpandangan kalau keempat parpol yang mengusung
Basuki itu akan maju terus.
"Bahkan dia
mengumbar mau jadi Presiden. Dimana dia merasa kendalanya dalam surat Al
Maidah 51. Dia menulis buku soal surat Almaidah tahun 2015,
katanya dia mau jadi Presiden," celetuknya lagi.
Hadir narasumber selain Ridwan Saidi antara lain Arief Poyuono, Djoko Edhi Abdurahman (mantan
anggota DPR RI komisi III), Haris Rusli (petisi 28), Syahganda Nainggolan
(pengamat sosial dr Sabang-Merauke Circle), dan Ichsanuddin Noorsy (pengamat ekonom).
Menurut Arief Poyuono, waketum Gerinrda ini, kalau
Presiden RI. Ir Joko Widodo yang beberapa waktu lalu
mendatangi satu persatu Angkatan tentara pasca peristiwa 411 itu
mengucapkan terimakasih pada TNI, karena 'tidak jadi kudeta.'
"Terima
kasih ke Polri tidak menembakin ke pendemo. Bahkan juga ingin
menunjukan kalau dia itu Panglimanya yang tertinggi di Indonesia. Dan
menujukan ke TNI bahwa fine fine aja, bahkan bisa memerintahkan mantan
mantannya di bawah kendali dia," tukas Arief.
Padahal,
patut disadari sebenarnya, sambung Arief melanjutkan bahwa rakyat itu
tidak takut pada tentara."Yang kita takut, rakyat ga bisa makan. Lalu
demontrasi dan melakukan penjarahan," jelasnya.
"Patut
dipahami bila ekonomi nanti yang mulai terancam, rupiah ambruk, rakyat
demontrasi lalu menjarah itu tidak salah," cetusnya.
Sehubungan
dengan perintah dan amanah yang telah diutarakan Ketum Partai Gerindra,
anak buah Prabowo itupun menyatakan bahwa Gerindra walaupun opisisi
tetap mendukung Pemerintahan Jokowi tapi tidak sampai dengan tahun 2019.
"Artinya
partai Gerindra sebenarnya partai yang paling setia. Bukan seperti
partai pendukung Pemerintah saat ini mendorong-dorong namun nampaknya
ada kepentingan besar dimana partai pendukung Pak Jokowi itu adalah
oportunis," celetuk Arief lagi.
Menurut
hemat Arief, tidak mungkin parpol menarik dukungannya, dan
nampaknya saat ini Presiden Jokowi itu sendirian, bahkan nampaknya PDI-P
sudah berancang-ancang.
"Dan kelihatannya
ibunya kepengen berkuasa lagi. Walau secara partai kita di luar
Pemerintahan dan mesti mendukung Pak Jokowi," ungkapnya.
"Pak
Jokowi mendatangi institusi TNI Polri sah-sah saja. Namun dia tidak
mengabdi pada Jokowidodo, namun pada konstitusi negara. Ingat bila
Jokowidodo diturunkan, dia harus kembali pada rakyat. Pak Jokowi tidak
salah, dia sudah on the track," jelasnya.
"Nah,
namun untuk aksi lanjutan nanti jadi segera saja mendesak Polri untuk
menahan Ahok. Kan semua penista agama ditahan," pungkasnya.[Nicholas]
0 komentar:
Posting Komentar