IAR |
Permadi, SH, saat diskusi publik HMI.[Nicholas/radarindonesianews.com] |
Hadir dalam diskusi tersebut beberapa narasumber seperti Habiburokhman (praktisi hukum, ACTA), Lius Sungkarisma
(tokoh Tionghoa), Permadi, Nasir Jamil (anggota DPR RI fraksi PKS
komisi III), MS Kaban, Mulyadi P. Tamsir (ketum PB HMI).
Permadi
menyatakan persoalan Ahok yang belum ditangkap itu bisa dikategorikan diskriminasi. "Tuntutan saya
secara pribadi jelas kalau Basuki Tjahya Purnama (ahok) mestinya
diperlakukan sama dengan yang pernah saya alami, diperlakukan sama
dengan Arswendo alami." apakah seorang Gubernur tidak bisa ditahan?,"
ungkapnya.
Permadi menyesalkan sikap pemuka agama,kiyai, ulama yang menyatakan jangan melakukan demonstrasi lagi untuk nanti."Kok
puas dikasih permen sebagai TSK ? Padahal, polisi menyatakan tersangka.
Dulu, seperti yang
pernah dialami oleh dirinya, Permadi sempat menceritakan dimana Din
Syamsudin, Haryanto Tohari, bahkan ada pula pemuka agama lain
dimana menyatakan Permadi 'Halal Darahnya', 'Permadi Harus
Digantung'."Saya ditangkap ketika itu," paparnya kembali mengulas.
"Intinya
demo tanggal 2 Desember harus tetap berlangsung.'TSK,
terbukti berbuat jahat kenapa harus dicabut. Bukan hanya Ahok dituntut,
terutama yang berada di 'belakang'nya, bahkan disinyalir Presiden Jokowi
yang jelas-jelas membela Ahok dan sembilan (9) naga juga harus
dituntut," tukasnya lagi.
Lebih lanjut, Permadi
menyatakan, kalau bisa demo tanggal 2 nanti
besar, dan akan lebih besar lagi untuk aksi-aksi selanjutnya."Bila
mengingat peristiwa demonstrasi pada Tanggal 4 November yang lalu itu bisa jutaan umat manusia yang turun ke jalan atas dorongan
Tuhan. Tidak mungkin Habib Rizieq, HMI, Hizbut Tahir bisa mendorong
mengumpulkan massa sebanyak itu," ujarnya.
"Ratusan
ribu pasukan Allah berkumpul dan dari pagi sampai pagi tidak makan dan
minum. Saya yakin ini untuk kedua (2) kalinya. Mana berani revolusi,
karena Tuhan memasukan roh keberanian. Walau kalah kuat (uang tidak
terbatas) namun saya yakin pasti menang," cetusnya.
Sementara,
M.S Kaban, salah seorang aktivis senior yang juga mantan Menteri
Kehutanan sehari sebelumnya, saat acara 'konsolidasi tokoh nasionalis'
di bilangan Kampus UBK Jakarta Pusat, sempat mengutarakan bahwasanya
UUD45 itu hasil dari sebuah revolusi, hingga bukan tidak menutup
kemungkinannya, harus dikembalikan pula secara revolusioner."Maka itu
dibutuhkan triger, namun mesti diminimalisirkan seminin mungkin,"
imbuhnya.
"Maka itu kembalinya UUD'44 harus
total, tidak perlu ada keragu raguan itu. Kalau ada, maka akan jadi sia
sia. Revolusi 1945 itu adalah melawan penjajahan dan yang menjadi korban adalah pribumi juga, ditambah lagi yang
tidak memperloleh hasil dari kemerdekaan juga pribumi," ujarnya.
"Jangan
mau dipecah belah, harus mau dipersatukan. Suka tidak suka, ulama
disiapkan menjadi pemimpin. Rusia itu suku, China itu suku, Jepang itu
Suku, Indonesia adalah Indonesia. Maka itu semangat harus dibangun.
Bung Karno, adalah motivator dan tokoh Kemerdekaan RI," ungkapnya mengingatkan kembali.
Mantan
menteri Kehutanan itu mengungkapkan bahwa pernyataannya ini tidak
menjelaskan Ahok itu chinesse atau China."Tapi tegakkan hukum. Kalau mau
sukseskan, dimana perlu trigger yang kuat. Mesti satu komando, bersatu
di Indonesia dan tidak ada dikotomi," jelasnya.
"Nasionalisme Indonesia, adalah nasionalis yang religius.Jangan
Islam dijadikan kelompok tertuduh. Akibat reformasi tidak ada agenda
yang jelas, hampir 90% seluruh resources tidak dipegang pribumi lagi,
siapapun yang lahir mendukung Indonesia, bisa Islam maupun non muslim,"
cetusnya.
Maka
itulah kedepan nanti diperlukan adanya resolusi terhadap aksi pada 2 Ddesember 2016 nanti itu."Bukan dukungan politik, namun dukungan lain,
dimana bisa mempengaruhi Polri, dan TNI yang terlahir dari
Rakyat. Kalau bisa pada 2 Desember itu dapat menunjukan apresiasi atas
permintaan rakyat. Harus kembalikan NKRI pada pribumi itu. pribumi harus
menjadi tuan rumah. Ini kan dalam rangka menegakkan hukum. Tegakkan
Hukum, Tangkap, Tahan," pungkasnya.[nicholas]
0 komentar:
Posting Komentar