Prof.DR. Din Syamsuddin, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia.[Suroto/radarindonesianews.com] |
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama
Indonesia Din Syamsuddin mengingatkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian
agar tak meremehkan kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan Gubernur
DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Ia mengatakan tak akan
segan memimpin perlawanan jika Ahok sampai lepas dari jerat hukum.
“Pak Tito, kita bersahabat ya. Tapi kalau ini sampai lepas, saya akan memimpin perlawanan,”
kata Din saat memberi sambutan di acara pembukaan rapat kerja nasional
MUI di Hotel Mercure, Ancol, Jakarta, Rabu (23/11/2016).
Din sangat yakin Ahok menistakan agama
dengan mengatakan orang bisa saja tidak memilihnya karena telah
dibohongi memakai Surat Al Maidah ayat 51. Surat itu menerangkan bahwa
umat Islam dilarang memilih pemimpin non muslim.
Belakangan tafsir surat Al Maidah ayat
51 itu menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan, kata awlia dalam surat
itu berarti pemimpin. Namun ada yang menafsirkan kata itu sebagai teman
sejati.
Namun, keyakinan Din bahwa Ahok menista
agama bukan soal tafsir ayat. Melainkan karena Ahok memberikan penilaian
dengan menyalahkan tafsir yang bukan kepercayaannya. “Padahal dia bukan dari agama tersebut,” kata dia.
Selanjutnya, Din menilai Ahok menggunakan kata yang sinis. “Dibohongin
pakai, ini menurut keyakinan saya sudah memenuhi kriteria penistaan
agama. Kalau itu dibela-bela, apalagi ada gelagat penegak hukum
dibela-bela, saya tersinggung,” ujarnya.
Menurut Din, tak kunjung ditahannya Ahok
bisa menimbulkan masalah yang lebih rumit. Seperti yang baru terjadi,
Ahok kembali dilaporkan karena menuduh pengunjuk rasa 4 November
menerima bayaran. “Saya khawatir nanti dia punya ujaran baru lagi
yang melanggar hukum. Jadi menurut saya bagus kalau ditahan itu. Supaya
jangan lebih rumit lagi masalah,” katanya.[TB]
0 komentar:
Posting Komentar