Latest News
Minggu, 04 Desember 2016

Ferdinand Hutahaean : Langkah ‘Trisula’ Joko Widodo di Momen 212

Ferdinand Hutahaean, Pemimpin Rumah Amanah Rakyat.[Dok/radarindonesianews.com]
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA - Momentum aksi unjuk rasa Super Damai jilid III umat Islam 212 yang dikemas dalam bentuk dzikir dan doa yang dipusatkan di pelataran Monumen Nasional (Monas), Jumat (2/12) tercatat menjadi sebuah kenangan, kisah dan bahkan cacatan sejarah baru bagi bangsa Indonesia penghujung tahun 2016 ini. 

Ferdinand Hutahaean menyebut bahwa ada jutaan umat Islam yang datang dari seluruh pelosok negeri bersatu dan dipersatukan oleh sebuah kesamaan. Umat Islam melepas berbagai mazhab dan organisasinya, melebur menjadi satu Umat Islam yang tidak tercerai. 
 
“Tidak sedikit dari mereka meneteskan air mata sembari berdoa, mengadu pada Tuhan sang pemilik kebenaran, bahwa Islam sedang dinistakan. Betapa sulitnya umat Islam yang agamanya dinistakan itu mendapat keadilan,” demikian ungkap Ferdinand Hutahaea, Pimpinan Rumah Amanah Rakyat itu kepada radarindonesianews.com, Minggu (3/12).

Ferdinand berharap, kedepan, semoga doa dan dzikir yang dipanjatkan segera mendapat ‘jawaban dan terkabul. Sebab lanjut Ferdinand, aksi yang fenomenal ‘212’ dan luar biasa itu akhirnya mendapat tempat berselancar bagi Presiden Jokowi. 
 
“Namun atas aksi 212 itu, Presiden Jokowi sedang menghunus Trisula. Sebuah pilihan senjata yang cukup cerdas, cerdik, bahkan sedikit licik dan menjadi pilihan tepat langgengkan kekuasaan, “ ungkapn Ferdinand

Analisa Ferdinand, hadapan jutaan massa, aksi selancar Presiden Jokowi yang menghunus Trisula adalah sesuatu yang sarat makna, sarat pesan tak terucap dan sarat sebuah penegasan sikap yang tak mudah dipahami. 
 
“Pertama, Trisula dihunuskan Jokowi kepada Ahok dan kelompok pendukungnya termasuk partai pendukungnya,” ujarnya. 
 
Pada momen itu menurutnya, Presiden sedang mengirimkan pesan keras kepada Ahok dan para pendukungnya agar persiapkan diri atas segala kemungkinan, termasuk bila nantinya Majelis Hakim yang memeriksa perkara penistaan agama dengan terdakwa Ahok memerintahkan Jaksa Penuntut Umum untuk menempatkan Ahok di rumah tahanan negara. 
 
“Itu hak hakim dan sangat mungkin terjadi bila eskalasi tekanan umat Islam makin menekan kekuasaan Jokowi,” jelasnya.
 
Maka itulah, lanjut Ferdinand, Presiden Jokowi mencoba merapatkan diri ke barisan umat Islam yang kemudian akan mengawal vonis Ahok termasuk dihadapkan melawan reaksi dari para kelompok pendukung Ahok. 
 
“Memangnya kemana Jokowi akan meminta dukungan melawan kelompok pendukung Ahok kalau bukan ke umat Islam ? Itulah ‘sula’ pertama dihunuskan oleh Jokowi, “ tukasnya. 

Trisula kedua, lanjut Ferdinand, sedang dihunuskan Jokowi pada kelompok umat Islam sendiri. Jokowi kirimkan pesan supaya semua pulang, kembali kerumah masing-masing. Pesan tak terucap adalah, umat Islam jangan demo lagi, biarkan Ahok diurus pemerintah dengan penegakan hukum. 
 
"Sesuatu yang positif, namun yang disayangkan adalah matinya kepercayaan pada Presiden atas kasus Ahok ini,” ungkapnya.
 
Hal itu terungkap, papar Ferdinand dengan peristiwa penangkapan yang dilakukan pada para aktivis dengan tuduhan makar merupakan sula tajam yang dihunuskan kepada umat, bahwa hal yang sama bisa dilakukan kepada siapa saja oleh rezim, termasuk kepada umat Islam yang berunjuk rasa. 

“Selanjutnya yang ketiga (3) Trisula terakhir yang sedang dihunuskan kelompok aktivis yang kerap mengumandangkan kritik keras pada rezim Jokowi, “ jelasnya.
 
Ferdinand berpandangan memangnya Polri akan menangkap putri Proklamator Rachmawati Soekarno Putri dan Purnawiran TNI itu tanpa restu dari kekuasaan? 
 
“Polri hanya eksekutor, tapi kebijakan itu patut diduga bersumber dari kekuasaan. Ini pesan keras sedang dikirimkan Presiden Jokowi pada para kelompok aktivis agar tidak mengganggu kekuasaannya. " Tegas Ferdinand.
 
Bahkan dengan alasan cinta negarapun, tidak boleh mengkritik rejim ini apalagi bicara lengserkan kekuasaan,” paparnya.

“Presiden masuk menusuk pikiran Ahok dan kelompok pendukungnya, menusuk psikologi massa umat doa dan zikir, serta menusuk menekan syaraf aktivis dan mencoba lumpuhkan urat perlawanan,” jelasnya. 

Sementara itu, untuk nantinya aksi 412 parade aksi Kita Indonesia pada tanggal 4 desember yang juga menurut rencananya akan dihadiri oleh Presiden akan dijadikan sebagai simbol presiden memegang tongkat Trisula. 
 
“Presiden harus tetap merawat hubungan dengan kelompok ini. Sebab bila ternyata kekuatan umat Islam kemudian kalah, maka Presiden pun tentu tidak mau kehilangan teman yang berarti bahwa presiden kehilangan kekuasaan,” ungkapnya. 

“Kondisi makin rumit, dan kedepan akan semakin tidak menentu akibat sikap yang tidak menentu dari Pemerintah. Tanpa ketegasan sikap Presiden maka nasib bangsalah yang sedang dipertaruhkan.
 
Semoga para negarawan bersama TNI segera menyudahi ketidakpastian ini. Nasib bangsa di atas segalanya, jangan kita biarkan bangsa ini terpecah karena ketidaktegasan dan ketidakpastian sikap berpihak pada bangsa,” tutupnya.[]
  • Comments

0 komentar:

Item Reviewed: Ferdinand Hutahaean : Langkah ‘Trisula’ Joko Widodo di Momen 212 Rating: 5 Reviewed By: radarindonesianews.com