Latest News
Selasa, 17 September 2019

Angesti Widadi*: Sehat itu Mahal : Paradigma yang Menyesatkan

Angesti Widadi
RADARINDONESIANEWS.COM, JAKARTA - Naik lagi, naik lagi! Begitulah komentar masyarakat saat mengetahui bahwa iuran BPJS naik kembali. Dampak penggunaan BPJS untuk menunjang kesehatan masyarakat memang masih menjadi obrolan hangat setiap harinya. Beberapa masyarakat, ada yang merasakan dampak positifnya ketika menggunakan BPJS. Mereka merasa terbantu dengan adanya BPJS. Tetapi, banyak juga yang merasa kecewa karena tidak terpenuhinya kebutuhan kesehatan mereka.  Peserta BPJS diperlambat urusannya ketika sedang mengurus administrasi di Rumah Sakit atau Klinik, dan kini, pemerintah ingin menaikkan tarif iurannya. 

Banyak masyarakat yang kecewa karena pelayanannya jauh dari kata ' memuaskan'. Fakta itu sudah sering kita dapatkan di Masyarakat.  Kekecewaan itu misalnya karena lamanya menunggu giliran mendapat kamar, perbedaan pelayanan yang didapatkan pasien BPJS, keterbatasan jenis obat yang disediakan, atau proses administrasi pasien yang memakan waktu. (Kompas.com, 8/09/2018). 

Tak Hanya Masyarakat, Rumah sakit pun keluhkan Sistem Buruk BPJS.  Sejumlah direktur utama rumah sakit (RS) mengeluhkan permasalahan keuangan yang diderita akibat utang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Seperti dikutip Detik.com, dua Dirut RS itu, Direktur Utama RS dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K) dan Direktur Utama RS Sari Asih Ciledug, dr H. Ni'matullah Mansur. ( CnBc,  18/07/2019). 

Menyakitkan! Sudahlah iurannya membuat masyarakat tercekit, pelayanannya mengecewakan masyarakat, Rumah Sakitpun dirugikan. Lalu iurannya mau dinaikkan Lagi? Kesehatan merupakan kebutuhan asasi rakyat, sehingga harusnya diberikan gratis untuk rakyat

Benarkah Sehat itu Mahal? 

Sehat itu Mahal. Begitulah ungkapan kepala staff kepresidenan, Moeldoko.  Ketika Iuran BPJS dinaikkan, beliau beranggapan bahwa sehat itu Mahal. 

"Saya pikir semua masyarakat harus memahami itu (iuran BPJS Kesehatan naik), karena nanti, jangan mengembangkan sehat itu murah, nanti repot. Sehat itu mahal, perlu perjuangan," kata Moeldoko di Kantor Staf Presiden (KSP), Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (4/9).


"Kalau (masyarakat beranggapan) sehat itu murah nanti orang menjadi sangat manja, gitu. Tidak mau mendidik dirinya untuk menjadi sehat. Sehat itu perlu perjuangan, perlu olahraga,perlu mengurangi rokok," ujarnya melanjutkan.  (CNN, 4/09/2019). 

Berdasarkan fakta yang telah terpapar di atas, bukan sehatnya yang mahal. Tetapi, kenaikan iuran BPJS adalah bukti bahwa pemerintah gagal dalam mengayomi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. 

Islam memandang kesehatan

Sebagaimana kita tahu, bahwa Sehat adalah nikmat yang Allah kasih kepada manusia.  Tidak ada orang yang ingin sakit. Semua manusia mendamba tubuh yang sehat, dan bugar. Sakit adalah ujian yang Allah kasih ke kita, tanpa kita mengetahui kapan terjadinya. 

Islam sangat memperhatikan masalah kesehatan. Kaum Muslimin telah membangun banyak rumah sakit pada masa pemerintahan Bani Umayyah yang disediakan bagi orang-orang yang terkena penyakit lepra dan tunanetra. Ini tahap permulaan. Perkembangannya adalah di masa pemerintahan Bani Abasiyyah. Di masa ini, banyak dibangun rumah sakit di kota Baghdad, Kairo, Damaskus, dll. Pada masa ini pertama kali dipopulerkannya rumah sakit keliling. Perlu diketahui bahwa rumah sakit yang dibangun di masa pemerintahan Islam dibedakan antara bagian laki-laki dan wanita. Tidak dicampur. Di dalamnya juga disediakan kamar-kamar khusus bagi setiap pasien. 

Pada tahun 449 H, Khalifah al-Qaim Biamrillah memperbarui Rumah Sakit adh-Dhaudi.  Selain menambah jumlah dokter dan tenaga medis lainnya, fasilitas juga diperbagus. Di rumah sakit itu juga terdapat kolam besar yang berada di samping kebun yang penuh dengan aneka macam pohon buah-buahan dan sayur-mayur. Sehingga kesan rumah sakit itu tidak kumuh dan angker. Perahu-perahu berlayar mengangkut para pasien yang lemah dan miskin. Para dokter melayani mereka secara bergiliran pagi dan petang, juga malam hari.

Selain RS adh-Dhudi, ada juga RS an-Nuri yang didirikan oleh Malik Adil Nuruddin asy-Syahid pada 549 H (1154 M). RS ini termasuk yang terbaik di seluruh negeri dan khusus diperuntukan bagi pasien yang kurang mampu (kalangan miskin). Di Rumah sakit ini para dokter dan tenaga medis lainnya sangat baik hati dan memperhatikan pasien.

(dikutip dalam Muhammad Husein Abdullah, Studi Dasar-dasar Pemikiran Islam hlm. 175 dan Dr. Mustafa as-Siba’i, Peradaban Islam; Dulu, Kini dan Esok, hlm. 168-176 hlm. 168-176 ) 

Hal itu dilakukan semata- mata karena taat kepada Allah.  Rasulullah saw bersabda:

Dan imam (pemimpin) adalah raa'i (pengatur dan pengelola), dan ia dimintai pertanggungjawaban atas orang yang dipimpinnya itu (HR Muslim).

Jadi, dalam Islam, paradigma sehat itu  mahal, jelas salah !  Dalam sistem ekonomi kapitalisme, Sehat itu Mahal karena pemerintah tidak mau mengurusi rakyatnya.[]


Next
This is the most recent post.
Posting Lama
  • Comments

0 komentar:

Item Reviewed: Angesti Widadi*: Sehat itu Mahal : Paradigma yang Menyesatkan Rating: 5 Reviewed By: radarindonesianews.com